Selasa, 19 Mei 2009

TEKNIK PANNING


Setelah kita mengetahui tentang fotografi saya akan membahas satu persatu tentang teknik memotret menggunakan SLR/DSLR. Untuk kali ini adalah teknik panning
Adapun teknik panning yang, bisa dikatakan, kebalikan dari teknik freeze. Pada teknik ini, sebuah foto dimaksudkan untuk menampilkan efek gerak pada objek yang bergerak. Efek gerak ditampilkan pada bagian background dari foto. Teknik ini dilakukan dengan cara menggerakan kamera sealur dengan arah bergeraknya objek.. Selain agar background yang dihasilkan tidak kacau, teknik ini mengharuskan penggunaan low speed yang keduanya mengharuskan kamera tidak banyak goyang. Penggunaan sutter speed antara 30-60 second. Yaitu dengan mengikuti objek yang bergerak, kemudian mengeksekusinya (menekan tombol pemicu/triger) pada keadaan objek tertentu. Bila sutter speed dibawah 30s Untuk melakukan teknik ini, dibutuhkan alat bantu kamera berupa tripod. Akan tetapi dalam teknik ini disarankan tidak mengurangi kualitas aperture/diafragma (pewarnaan foto) yang secukupnya.
Setelah kita tahu tentang teknik ini diharapkan bisa melakukan praktek langsung dengan camera anda. Hasilnya dapat didiskusikan di blog ini. Yaitu dengan megirimkan foto beserta identitas foto(judul, lokasi, sutterspeed, diafragma, jenis camera, lensa dll).dan bisa dikirim via email ke Black_c4v4n4@plasa.com
Selamat mencoba…….kami tunggu karya dan komentarnya……ok…………..
RB.Moh Soefyan Hadi (Fyan.com05)
Jurusan Ilmu Komunikasi
FISIB
Universitas Trunojoyo Madura

Sabtu, 25 April 2009

TEKNIK BLURING


Setelah kita mengetahui tentang fotografi saya akan membahas satu persatu tentang teknik memotret menggunakan SLR/DSLR. Untuk kali ini adalah Teknik Bluring


Teknik Bluring adalah teknik dasar yang dalam belajar fotografi, memotret untuk menghasilkan foto dengan efek blur pada salah satu objek foto dan focus pada salah satu objek lainnya, ato sebaliknya. Yaitu dengan dengan memfokuskan lensa pada salah satu objek dan secara otomatis objek lain yang jaraknya lebih jauh /dekat akan blur. Gunakan shutter speed dan aperture standart yaitu 1/125 : f/5.6. akan tetapi cuaca dapat berubah ubah sehingga perlu penyesuaian pengaturan.


Setelah kita tahu tentang teknik ini diharapkan bisa melakukan praktek langsung dengan camera anda. Hasilnya dapat didiskusikan di blog ini. Yaitu dengan megirimkan foto beserta identitas foto(judul, lokasi, sutterspeed, diafragma, jenis camera, lensa dll).dan bisa dikirim via email ke Black_c4v4n4@plasa.com

Selamat mencoba…….kami tunggu karya dan komentarnya……ok…………..


RB.Moh Soefyan Hadi (Fyan.com05)

Jurusan Ilmu Komunikasi

FISIB

Universitas Trunojoyo Madura


Jumat, 03 April 2009

UKMF jufnalistik dan fotografi di UNIJOYO

buat anak unijoyo ada UKMF baru ne.....
silakan gabung aja ya........................

Rabu, 04 Februari 2009

belajar fotografi

CARA KERJA DAN TEKNIK PENGAMBILAN GAMBAR DENGAN SLR (Singgle Lens Reflex)


TEKNIK MEMOTRET

Menurut buku Foto Jurnalistik, teknik memotret adalah suatu cara dalam memotret setelah diketahui bagaimana tahapan memotret.

Mari kita bahas sedikit tentang tahapan memotret sebelum kita membahas tentang teknik memotret. Ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan sebelum kita mulai memotret, yaitu komposisi, fokus, kecepatan dan diafragma. Keempat tahap ini penting diperhatikan pada saat memotret untuk dapat menghasilkan foto yang baik secara teknik.

TAHAPAN DALAM MEMOTRET

Komposisi diatur dengan memilih point of interest dari suatu objek. Point of interest adalah sesuatu yang paling menonjol dalam sebuah objek foto. Komposisi menempati urutan pertama yang harus diperhatikan dalam tahapan memotret. Ini karena pengaturan komposisi foto hanya dapat diatur oleh fotografer sendiri dan tidak bisa digantikan oleh kamera. Ini berbeda dengan fungsi yang lain seperti fokus, kecepatan dan diafragma. Pada kamera otomatis, ketiga hal ini dapat digantikan oleh kamera.

Setelah mengatur komposisi, kita harus mengatur fokus dari objek yang akan kita foto. Point of interest adalah hal utama yang harus difokuskan. Focusing bisa dilakukan dengan memutar ring fokus pada lensa atau mengatur jarak kamera dengan objek foto.

Tahap selanjutnya adalah pengaturan kecepatan. Maksud dari kecepatan ini adalah gerakan tirai yang membuka-menutup sesuai angka yang dipilih tombol kecepatan. Semakin cepat gerakan membuka dan menutup tirai maka semakin sedikit cahaya yang masuk. Sedangkan jika gerakannya semakin lambat maka semakin banyak cahaya yang masuk. Semakin cepat atau lambatnya gerakan tirai ini ditunjukan pada angka-angka yang terdapat pada kamera.

Diafragma sering juga disebut bukaan lensa. Inilah hal terakhir dalam tahapan memotret. Last but not least, karena pengaturan diafragma juga penting agar dapat menghasilkan foto yang baik. Teorinya hampir sama dengan kecepatan yang memakai prinsip bola mata manusia. Semakin kecil bukaan lensa maka semakin sedikit cahaya yang masuk dan begitu pula sebaliknya.

Namun ada sedikit perbedaaan antara diafragma dan kecepatan. Angka yang ditunjukkan pada kamera berbanding terbalik dengan besarnya bukaan. Jadi semakin kecil angka yang ditunjukkan maka semakin besar bukaan lensanya. Sedangkan semakin besar angkanya maka semakin kecil bukaan lensanya.

Selain banyak sedikitnya cahaya, depth of field atau ruang tajam juga dapat diatur melalui diafragma ini. Teori ruang tajam adalah, semakin besar bukaan lensa maka semakin sempit ruang tajam atau objek yang dapat difokus. Sedangkan semakin kecil bukaan lensa maka semakin luas ruang tajam dari objek foto. Contoh penggunaan ruang tajam yang sempir adalah ketika kita ingin membuat foto wajah seseorang. Yang terlihat tajam hanya wajahnya saja, sedangkan backgroundnya tidak tajam.

KEMBALI KE TEKNIK MEMOTRET

Setelah kita mengetahui tentang tahapan memotret maka kita akan melanjutkan pembahasan tentang teknik memotret. sebenarnya ada banyak teknik dalam memotret. namun kita akan memfokuskan pembahasan kita pada teknik-teknik yang paling sering dipakai.

Yang pertama adalah freeze yaitu teknik meemotert pada objek yang bergerak dengan seolah-olah menghentikan objek yang bergerak itu. Teknik ini menggunakan kecepatan yang tinggi sehingga objek seolah-olah membeku. Biasanya teknik ini digunakan untuk memotret kegiatan olah raga seperti sepak bola dan balap motor.

Adapun teknik panning yang, bisa dikatakan, kebalikan dari teknik freeze. Pada teknik ini, sebuah foto dimaksudkan untuk menampilkan efek gerak pada objek yang bergerak. Efek gerak ditampilkan pada bagian background dari foto. Teknik ini dilakukan dengan cara menggerakan kamera sealur dengan arah bergeraknya objek. Untuk melakukan teknik ini, dibutuhkan alat bantu kamera berupa tripod. Selain agar background yang dihasilkan tidak kacau, teknik ini mengharuskan penggunaan low speed yang keduanya mengharuskan kamera tidak banyak goyang.

Teknik selanjutnya adalah zooming yaitu adalah teknik memotret untuk menghasilkan foto dengan efek objek seperti menjauh/mendekat ke kamera. Pada saat tombol shutter ditekan, ring zoom digerakkan menjauh atau mendekat untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Seperti halnya teknik panning, kecepatan rendah dibutuhkan dalam menggunakan teknik ini agar kita memiliki cukup waktu untuk memutar ring zoom.

Jika pada teknik panning dan zooming membutuhkan low speed, maka adapun teknik yang memungkinkan kita untuk mengatur kecepatan gerak buka-tutup tirai rana. Teknik ini dinamakan teknik bulb. Biasanya teknik ini digunakan untuk memotret pada kondisi yang minim cahaya seperti pada malam hari. Disaat prioritas speed tidak dapat membantu untuk mendapatkan pencahayaan normal, maka digunakanlah teknik ini.

Teknik lain adalah double/multiple exposure. Teknik ini merupakan teknik yang cukup menarik karena menghasilkan gambar yang unik. Dalam satu frame foto kita dapat menghasilkan foto orang yang sama dengan pose yang berbeda. Untuk menghasilkan foto ini dianjurkan menggunakan tripod agar foto yang dihasilkan tidak goyang. Sebaiknya memilih background gelap atau hitam agar penumpukan objek foto bagus dan tidak kacau.

Makro adalah sebuah teknik fotografi yang memungkinkan kita untuk memotret sebuah objek dari jarang yang sangat dekat. Biasanya pemotretan jarak dekat ini dimaksudkan untuk mendapatkan detail dan tekstur dari sebuah objek. Teknik ini membutuhkan lensa khusus. Akan tetapi jika kita tidak mempunyai lensa khusus makro, kita dapat menyiasatinya dengan menggunakan lensa standar kamera kita secara terbalik. Dan tentu saja itu akan lebih sulit ketimbang menggunakan lensa makro.

Teknik menarik lain adalah siluet. Teknik ini menempatkan sumber cahaya berada tepat dibalik objek. Dengan demikian objeknya akan terlihat gelap. Pengaturan kecepatan dan diafragma tergantung dari cahaya yang ada waktu memotretan berlangsung. Dibutuhkan ketepatan dalam mengatur kecepatan dan diafragma sehingga objek yang direkam memiliki kontur dan ketajaman yang tepat.

Penguasaan tahapan serta teknik memotret merupakan hal yang penting bagi seorang fotografer. Ini tentu saja harus dimulai dengan mengenal kamera yang akan kita gunakan untuk memotret. Karena dengan mengenali kamera yang kita gunakan, kita dapat menggunakan fasilitasnya dengan baik sehingga menghasilkan foto dengan teknik yang sempurna.

PENGKONSEPAN FOTO

Konsep dalam fotografi adalah a general statement of the idea behind a photograph (pernyataan suatu ide dalam sebuah foto). Pernyataan tersebut bisa dilihat dari objek sebuah foto ataupun teknik yang digunakan dalam mengambil foto.

Foto dapat dikatakan bagus jika konsep yang telah disusun oleh fotografer dapat dipahami oleh individu yang melihat foto itu. Ini merujuk pada prinsip komunikasi. Sebuah komunikasi dinyatakan efektif jika pesan dari dari komunikator dapat sampai pada komunikan dan diartikan sama dengan maksud dari komunikator itu sendiri. Ini karena memang kegiatan fotografi sendiri adalah sebuah proses komunikasi.

Maka dari itu pematangan sebuah konsep sangat diperlukan sebelum memotret sebuah objek. Dengan mematangkan ide terlebih dahulu, kita dapat mengetahui objek apa yang akan kita potret dan teknik apa yang kita gunakan sehingga dapat menguatkan pesan pada objek itu. Dan juga kita dapat mengetahui alat-alat bantu fotografi apa yang kita butuhkan untuk memotret.

Banyak foto yang dibuat dengan konsep yang cukup sederhana sehingga orang dapat dengan seketika menangkap pesan dalam foto tersebut. Namun adapaun foto yang membutuhkan pemikiran yang mendalam sebelum kita dapat menangkap pesan yang tersirat pada foto itu.

Dalam foto Komersial dan foto Jurnalistik, pesan yang kita tangkap cenderung cukup mudah. Karena jika tidak begitu maka produk (dalam foto komersial) atau berita (dalam foto jurnalistik) tidak dapat ditangkap oleh penikmat foto. Ini kemudian berpengaruh pada keberhasilan produk atau berita itu dijual.

Sedangkan pada foto Fine Art, pemaknaan foto cenderung membutuhkan pemikiran yang lebih mendalam. Karena dengan melihat objek atau teknik pemotretannya tidak cukup untuk menginterpretasi foto itu sendiri. Kadang saking sulitnya, para penikmat foto jenis ini membutuhkan bantuan sang fotografer untuk menginterpretasikan foto itu.

Ada beberapa pendapat tentang bagaimana mengkonsep sebuah foto. Ada pendapat bahwa jauh sebelum kita memotret, kita harus menyiapkan sebuah konsep yang matang. Ini memudahkan kita dalam memilih objek foto dan menggunakan teknik apa dalam foto tersebut. Selain itu dengan konsep yang matang, foto yang kita hasilkan bisa memiliki pesan yang cukup kuat.

Namun ada beberapa fotografer yang berpendapat bahwa konsep bisa saja muncul beberapa detik sebelum kita menekan tombol shutter pada kamera. Karena tentu pada saat itu kita berpikir bagaimana membingkai suatu objek. Dan disitulah pengkonsepan foto terjadi.

Jika melihat kedua pendapat ini, maka kita bisa menyimpulkan bahwa ada dua macam pengkonsepan. Yang pertama adalah pengkonsepan secara spontan yaitu pengkonsepan yang dilakukan sesaat sebelum tombol shutter ditekan. Yang kedua adalah pengkonsepan yang membutuhkan waktu yang cukup lama.

Biasanya untuk menghasilkan foto Komersial dan foto Fine Art diperlukan pengkonsepan yang cukup lama. Ide untuk menghasilkan foto-foto jenis ini memang harus digodok secara matang sebelum kemudian dieksekusi.

Foto komersial biasanya objeknya berupa sebuah barang atau jasa yang akan dipasarkan. Penggodokan konsep yang matang sangat diperlukan dalam membuat foto jenis ini. Karena nantinya foto Komersial adalah media komunikasi produsen yang didalam foto tersebut strategi yang efektif dalam memasarkan sebuah produk.

Sedangkan pada karya foto Fine Art penggodokan konsep sangat diperlukan agar idealisme fotografer dapat tertuang dalam sebuah foto. Karena pemaknaan foto fine art sendiri perlu pemikiran yang mendalam, maka tentu saja awal lahirnya konsep itu sendiri membutuhkan pemikiran yang cukup mendalam pula.

Pengkonsepan dalam foto Jurnalistik, berbeda dengan foto Fine art atau Komersial. Dalam membuat foto jurnalistik tidak memerlukan proses pengkonsepan yang lama. Namun bukan berarti foto ini tidak butuh konsep. Meskipun kesannya spontan, akan tetapi konsep sangat perlu diperlukan untuk menghasilkan foto Jurnalistik agar nantinya dapat menghasilkan “foto yang bercerita”.

Beberapa orang menganggap bahwa konsep dalam memotret tidak wajib dibuat. Mereka menganggap bahwa konsep bisa dibuat atau bisa juga ditinggalkan. Karena menurut mereka dengan membuat konsep terlebih dahulu, dapat mempersempit ruang gerak dan kreatifitas mereka. Sehingga mereka tidak punya kesempatan untuk berkreasi. Mereka menganggap insting adalah yang paling penting. Karena dengan insting yang tajam, mereka dapat dengan mudah menemukan objek yang menarik untuk dipotret.

Namun apa yang tidak disadari adalah, sebuah konsep muncul dengan sendirinya dalam diri seorang fotografer sesaat setelah ia berniat untuk memotret. Konsep muncul tanpa kita sadari. Disaat kita menentukan kemana kita akan memotret, kamera apa yang akan kita pakai, kapan kita akan pergi dan pertimbangan lain, disaat itulah kita mengkonsep.

Konsep dalam fotografi sendiri adalah ide yang kita tuangkan dalam sebuah foto. Maka tidaklah mungkin kita dapat menghasilkan sebuah karya foto, terlepas itu baik taupun tidak, tanpa sebuah konsep. Karena tanpa konsep maka sebuah karya foto tidak akan dapat tercipta. Betul tidak?

MANA YANG LEBIH PENTING?

Ada banyak hal yang dijadikan perdebatan oleh para pencinta fotografi. Salah satu perdebatan yang menarik adalah yang mana yang lebih penting, penguasaan teknik atau pengkonsepan yang baik dalam menghasilkan sebuah karya foto.

Sedikit ringkasan dari apa yang sudah dijelaskan sebelumnya, teknik fotografi adalah cara dalam memotret sebuah objek. Adapun teknik-teknik yang sering digunakan yaitu freeze, panning, zooming, bulb, double/multiple exposure, makro dan siluet. Sedangkan konsep fotografi adalah ide yang terkandung dalam sebuah foto. Tanpa konsep kita tidak akan dapat menghasilkan sebuah karya foto, terlepas dari apakah karya foto itu baik atau tidak. Konsep akan muncul dengan sendirinya dalam diri seorang fotografer ketika ia memutuskan untuk memotret.

Etika dan estetika merupakan hal yang wajib diperhatikan dalam menghasilkan sebuah karya. Tak terkecuali juga dalam menghasilkan karya fotografi. Etika terwakilkan pada teknik fotografi. Ketika teknik fotografi sudah dikuasai maka seorang fotografer sudah dapat menghasilkan foto yang baik yaitu foto yang sesuai dengan etika ilmu fotografi itu sendiri. Sedangkan konsep akan melahirkan estetika atau keindahan dari sebuah karya seni. Jika foto tersebut memiliki konsep yang menarik dan dapat tersampaikan pada penikmat foto maka foto tersebut bisa dikatakan sebagai foto yang indah atau memiliki estetika.

Lantas muncul pertanyaan manakah yang lebih penting antara konsep dan teknik, maka jawabannya adalah konsep. Mengapa konsep? Karena dengan konsep, pesan dalam foto yang ingin disampaikan oleh fotografer dapat ditangkap dengan baik oleh orang yang melihat foto itu. Foto tersebut dapat berbicara banyak dan memiliki kandungan pesan yang kuat.

Seperti yang disinggung sebelumnya, bahwa kegiatan fotografi adalah suatu proses komunikasi. Pesan dari komunikator akan tersampaikan dengan baik kepada komunikator manakala komunikator jeli memilih saluran penyampai pesan dan bagaimana pesan itu dikemas. Jika komunikator jeli membaca komunikan maka ia akan muncul dengan strategi komunikasi yang baik sehingga pesan dapat sampai. Seperti inilah pengkonsepan dalam fotografi.

Teknik dari fotografi sendiri sebenarnya masuk dalam pengkonsepan. Dengan mengkonsep kita akan memilih teknik apa yang akan kita gunakan. Pemilihan teknik ini sama dengan memilih strategi yang baik agar maksud komunikator dapat tersampaikan pada komunikan pada proses komunikasi. Dengan memilih teknik yang tepat maka semakin kuat pesan dalam foto yang dihasilkan.

Konsep sangat penting karena dengan pengkonsepan yang baik maka foto tersebut dapat berbicara atau bercerita. Foto yang kurang terkonsep maka akan datar atau terkesan tidak memiliki pesan meskipun sudah secara teknik sudah baik.

Lantas jika seorang pemula ingin mempelajari ilmu fotografi, mana yang harus ia pelajari terlebih dahulu? Meskipun konsep lebih penting, dalam tahap pemula sebaiknya teknik dipelajari lebih dulu. Dengan begini, konsep yang dimiliki dapat tersalurkan dalam sebuah karya fotografi. Jika seorang pemula mempelajari konsep terlebih dahulu maka dikhawatirkan akan tersesat tataran pengkonsepan saja. Dan tidak dapat berkarya karena tidak melakukan eksekusi akibat kurangnya pengetahuan tentang teknik fotografi.

Belajar haruslah bertahap. Tidak terkecuali belajar fotografi. Tahapan awal adalah mengenal teknik fotografi sehingga kita dapat memahami kemampuan dari kamera kita. Setelah itulah baru kita mempelajari cara mengkonsep yang baik karena dengan itu kita dapat menghasilkan karya fotografi yang baik sekaligus indah. [iwa gandiwa dhiras]


*Artikel ini ditulis dalam rangka pengerjaan Praktek Jurnalistik di Jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Muhammadiyah Malang

Tags: teknik memotret, konsep fotografi, praktek jurnalistik, umm

Prev: Hitam Putih Fotografi Indonesia